THE FOUR MINUTE GANK "Caramel love" 6
(Baca cerita sebelumnya di THE FOUR MINUTE GANK "Caramel love" 5 )

Dua hari belakangan ini mereka sering menghabiskan waktu bersama di perpustakaan sekolah untuk menyusun karya ilmiah Ken yang harus dikumpulkan minggu depan.
Tifany itu cewek yang tidak akan
“ gue nyuruh loe cari di buku? kok malah ngelamun? ! ” tegur Tifany, Ken tersentak lalu menegakkan tubuhnya segera dan langsung menuduk membolak-balikkan buku di depannya.
“ ini juga lagi nyari! ” sahutnya.
Tifany mendesah kemudian tersenyum dan langsung kembali pada laptopnya
**
Sebenarnya Ken itu orangnya asik dan pandai bergaul. Dalam sekejap ia sudah punya banyak teman bahkan dia juga akrab dangan Yuri, Yoona dan Jesica yang selama ini tidak pernah bisa seakrab itu dangan orang yang baru di kenal. Tapi Tifany tetap tidak bisa bersikap biasa saat di dekat cowok itu, ia selalu saja merasa risih dan tidak tenang kalau cowok itu menatapnya. Tifany sendiri tidak tau kenapa seperti itu berulang kali ia mengingatkan darinya kalau cowok yang di depannya itu orang lain dan bukan Denis. Deandainya Tifany adalah tipe orang cuek dan tidak peduli terhadap apapun seperti Yoona, mungkin dia tidak akan seperti ini tapi sayangnya dia terlahir sebagai orang yang selalu ingin tau dan tidak bisa bersikap santai saat tentang hal yang penting dalam hidupnya. Makanya setiap kali Ken bicara tepat menatapnya cewek itu akan berubah menjadi dingin sedingin es.
Namun terlepas dari semua itu Tifany mengakui kalau Ken cowok yang baik dan humoris sekalipun sedikit blak-blakkan.
**
“ hayoo. . ngelamun ya? ” seru Ken yang entah muncul dari mana dan tiba-tiba saja sudah duduk di samping Fany yang siang itu sedang menyendiri di kantin.
Fany menggeser sedikit duduknya lalu melihat Ken
“ gimana? pak Ewan terima karya ilmiahnya nggak? ” tanya Fany segera.
Ken menyeringai memperlihatkan susunan giginya yang rapi.
“ pasti donk! siapa dulu yang buat! ” ujar ken bangga.
Tifany mencibir kesal,
“ iya deeh! sebagian besarnya dibantuin sama princes jenius di samping gue ini” aku Ken menggoda, Tifany berusaha menahan senyum namun kalah juga dangan keinginan hatinya.
“ besok sore ada waktu nggak? ” tanya Ken sembari membuka plastik kripik di depannya.
Tifany memainkan sedotan minumannya” besok ya? ? ” katanya lalu berpikir sejenak. Besok sabtu, biasanya sih dia hari itu nggak ada kerjaan
“ kayaknya nggak, kenapa? ” sahutnya.
Ken menatapnya” gue ada 2 tiket pameran lukisan, loe mau nggak pergi bereng gue? ” ujar Ken.
Tifany berderap kaget, apa cowok di depannya ini sedang mengajaknya kencan?
“ gue bukan ngajak lo kencan kok” sergah Ken sekalipun itulah keinginannya.
“ itung-itung, ini sebagai tanda terima kasih aja” sambungnya.
Tifany memerah malu karena bisa-bisanya berpikir kalau ken mengajaknya kencan. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dalam hati terus mengeluarkan umpatan untuk darinya sendiri. Kemudian semenit berikutnya ia menyerngit, seolah cowok di depannya ini tau apa yang sedang di pikirkannya.
“ mau nggak? ” desak Ken.
“ gimana ya? ” ujar Tifany menimbang-nimbang, biar bagaimanapun ia tidak mungkin menyanggupi ajakan Ken tapi dia jga tidak bisa menolaknya tanpa alasan, cowok ini kan hanya ingin menujukkan rasa terimakasihnya, memangnya ada yang salah dengan itu?
Yang salah itu perasaannya yang tidak bisa menganggap Ken seperti temannya yang lain hanya karena cowok itu memiliki mata yang sama dengan Denis.
“ yah, Fan mau aja ya, ya, ya? ” rengek Ken dangan wajah memelas penuh harap, membuat Tifany tidak tega jadi ia mengiyakan dangan anggukan kepala.
Ken langsung melompat kegirangan dangan tidak aneh, Tifany tidak bisa menyumbunyikan tawanya.
Ah!
Ken andai saja gue bukan cewek serius dan andai semua hal berakhir dengan kata andai, maka andai loe nggak akan mengingatkan gue pada Denis mungkin hubungan kita tidak akan sekaku ini! ! ! Batin Tifany. . . . .
“ hayoo. . ngelamun ya? ” seru Ken yang entah muncul dari mana dan tiba-tiba saja sudah duduk di samping Fany yang siang itu sedang menyendiri di kantin.
Fany menggeser sedikit duduknya lalu melihat Ken
“ gimana? pak Ewan terima karya ilmiahnya nggak? ” tanya Fany segera.
Ken menyeringai memperlihatkan susunan giginya yang rapi.
“ pasti donk! siapa dulu yang buat! ” ujar ken bangga.
Tifany mencibir kesal,
“ iya deeh! sebagian besarnya dibantuin sama princes jenius di samping gue ini” aku Ken menggoda, Tifany berusaha menahan senyum namun kalah juga dangan keinginan hatinya.
“ besok sore ada waktu nggak? ” tanya Ken sembari membuka plastik kripik di depannya.
Tifany memainkan sedotan minumannya” besok ya? ? ” katanya lalu berpikir sejenak. Besok sabtu, biasanya sih dia hari itu nggak ada kerjaan
“ kayaknya nggak, kenapa? ” sahutnya.
Ken menatapnya” gue ada 2 tiket pameran lukisan, loe mau nggak pergi bereng gue? ” ujar Ken.
Tifany berderap kaget, apa cowok di depannya ini sedang mengajaknya kencan?
“ gue bukan ngajak lo kencan kok” sergah Ken sekalipun itulah keinginannya.
“ itung-itung, ini sebagai tanda terima kasih aja” sambungnya.
Tifany memerah malu karena bisa-bisanya berpikir kalau ken mengajaknya kencan. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dalam hati terus mengeluarkan umpatan untuk darinya sendiri. Kemudian semenit berikutnya ia menyerngit, seolah cowok di depannya ini tau apa yang sedang di pikirkannya.
“ mau nggak? ” desak Ken.
“ gimana ya? ” ujar Tifany menimbang-nimbang, biar bagaimanapun ia tidak mungkin menyanggupi ajakan Ken tapi dia jga tidak bisa menolaknya tanpa alasan, cowok ini kan hanya ingin menujukkan rasa terimakasihnya, memangnya ada yang salah dengan itu?
Yang salah itu perasaannya yang tidak bisa menganggap Ken seperti temannya yang lain hanya karena cowok itu memiliki mata yang sama dengan Denis.
“ yah, Fan mau aja ya, ya, ya? ” rengek Ken dangan wajah memelas penuh harap, membuat Tifany tidak tega jadi ia mengiyakan dangan anggukan kepala.
Ken langsung melompat kegirangan dangan tidak aneh, Tifany tidak bisa menyumbunyikan tawanya.
Ah!
Ken andai saja gue bukan cewek serius dan andai semua hal berakhir dengan kata andai, maka andai loe nggak akan mengingatkan gue pada Denis mungkin hubungan kita tidak akan sekaku ini! ! ! Batin Tifany. . . . .
To be Continue ........
(Akankah Tiffany dapat menerima keadaan Ken, bukan sebagai Denis? baca lanjutannya di THE FOUR MINUTE GANK "Caramel love" 7)
Penulis Imel Sii Ilham Fever
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk setiap komentar dan posting yang dimasukkan ke http://cerpen-awanangin.blogspot.com/, Harap untuk tidak menggunakan kata2 kasar yang menyangkut SARA dan pornografi.